Israel dan Amerika |
Peningkatan dukungan atas Zionis Israel itu antara lain disebabkan oleh sikap Palestina yang dinilai menghindari negosiasi damai dan secara sepihak mengumumkan sebagai negara lewat pengajuan keanggotaan penuh di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Para pendukung Zionis Israel dilaporkan banyak berasal dari kalangan "elit" (67 persen), yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan pengetahuannya tentang kebijakan luar negeri.
Dukungan dari para simpatisan Partai Demokrat terhadap Zionis Israel naik 10 persen sejak Juni 2011. Dukungan untuk Israel dari simpatisan Partai Republik dan kelompok Independen juga cenderung stabil.
Jajak pendapat itu dilakukan oleh Greenberg Quinlan Rosner Research terkait proyek Strategi Opini Publik yang prakarsai The Israeli Project, sebuah organisasi nirlaba yang mengklaim dirinya menyediakan informasi faktual tentang Israel dan Timur Tengah.
Sebanyak 68 persen responden menyebut Israel sebagai "salah satu sekutu terkuat kami" dan sebanyak 66 persen menggambarkan Israel sebagai negara "demokratis". Responden yang tidak setuju Zionis Israel disebut sebagai "ekstrimis" atau "bertanggungjawab atas aksi kekerasan" sebanyak 63 persen.
Sementara itu, responden yang menganggap Palestina sebagai "ekstrimis" dan "penghalang perdamaian" sebanyak 56 persen. Dan 55 persen responden menganggap Palestina "bukan korban" dari penjajahan Israel.
Saat diminta untuk memberikan alasan mengapa responden "bangga AS menjadi sekutu terkuat Israel", sebanyak 28 persen memilh "hak wanita" sebagai alasannya, 28 persen menyatakan "kebebasan berbicara dan memilih" sebagai alasannya dan 24 persen menyatakan "kebebasan beragama dan ancaman teroris" sebagai alasannya.
Terkait solusi dua negara, sebanyak tiga perempat responden mendukung gagasan "Israel sebagai kampung tanah air orang Yahudi" dan "Palestina sebagai tanah air orang Palestina".
Jajak pendapat itu dilakukan lewat wawancara telepon terhadap 800 orang berusia 18 hingga 65 tahun yang tercatat sebagai pemilih dalam pemilu sejak tanggal 30 Oktober 2011.
Hasil jajak pendapat ini dirilis beberapa hari setelah muncul pemberitaan tentang komentar pribadi dari Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Presiden AS Barack Obama, tentang Perdana Menteri Israel yang dikeluhkan dan disebut Sarkozy sebagai seorang pembohong dan ditegaskan secara tidak lanngsung oleh Obama. Dan beberapa hari terakhir, Gedung Putih sibuk mengeluarkan pernyataan bahwa presiden mereka bersungguh-sungguh dalam bekerjasama dengan Israel. Baca berita sebelumnya: Washington Sibuk Atasi Dampak 'Netanyahu Pembohong'.*
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami