Rabu, 10 Oktober 2012

Hillary Serukan Bersatu Melawan Ekstrimis, Bukti Ketakutan Barat Terhadap Kebangkitan Islam!


Dalam acara Clinton Global Initiative(24/9), forum tahunan isu-isu dunia pimpinan suaminya, menlu AS Hillary Clinton mengatakan dunia perlu bersatu untuk mengalahkan para ekstrimis yang hendak merongrong kemajuan demokrasi di negara-negara yang dilanda konflik di Afrika Utara dan Timur Tengah. Ia mengatakan kesatuan di kalangan para pemimpin dunia dalam melawan terorisme sangat penting “karena ekstrimis diseluruh dunia bekerja keras untuk memecah belah kita.”
Sementara pada saat yang sama laporan lembaga Think Tank AS (21/9) melaporkan ada perkembangan fenomena yang ganjil bahwa berbagai pergerakan Jihad di Timur Tengah menamakan dirinya Anshar al Syariah (penolong Hukum Allah) dalam beberapa minggu terakhir, pemicunya adalah pembunuhan diplomat AS di Benghazi, Libya. Barat nampak bingung apakah ini hanya kebetulan atau bagaimana, karena berbagai kelompok ini menggunakan nama yang sama (mereka bukan satu organisasi). Laporan itu berjudul : Know Your Ansar al-Sharia From Sana to Benghazi, Cairo to Casablanca, new jihadist groups have adopted the same name in recent months. Is it all just a coincidence?http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/know-your-ansar-al-sharia`
Subhanallah, ini bukti pergolakan Arab Spring memang menghendaki Islam bukan yang lain, bahkan mereka para Mujahid itu telah mempersonifikasikan dirinya sebagai kaum Anshar, penolong tegaknya Daulah Islam di Madinah. Dan nampak jelas ketakutan Barat dan sekutunya terhadap kekuatan Islam yang mereka anggap akan memecah belah kekuatan mereka

Polisi anti "teror" Inggris menangkap dua Muslim atas dugaan "terorisme"


LONDON  - Dua orang Muslim telah ditangkap di Bandara Heathrow atas dugaan terkait tindakan "terorisme."
Menurut laporan Sky, seorang pria dan seorang wanita ditahan pada hari Selasa (9/10/2012) pukul 8:30 waktu setempat setelah tiba dengan sebuah penerbangan dari Mesir ke bandara tersebut.
Kedua pasangan yang berusia 26 tahun tersebut,dibawa ke kantor polisi di pusat London, di mana mereka masih ditahan.

Pernyataan polisi mengatakan bahwa mereka berdua ditangkap atas dugaan "mempersiapkan atau mendorong aksi terorisme." 

Namun polisi tidak mengatakan terkait identitas kewarganegaraan mereka.
Langkah ini adalah bagian dari operasi polisi anti "teror" Inggris dalam membendung meningkatnya warga negara asing pergi ke Suriah untuk membantu atau terlibat Jihad. (

Pertemuan HT dengan Revolusioner Suriah : Revolusi akan Kembalikan Suriah jadi Khilafah


Mediaumat.com. Suriah. Kepala Kantor Media Hizbut Tahrir Suriah Hisyam Al Baba menyatakan revolusi Suriah akan mengembalikan Suriah menjadi Khilafah Islam, saat kunjungannya ke kantung-kantung kaum Revolusioner, baru-baru ini, di berbagai tempat di Suriah.
“Revolusi ini akan mengembalikan negeri Al Syam sebagai sebuah negara, dan sebagai bagian dari Daulah Khilafah mendatang, Insya Allah, yang akan menjadi negara terkemuka di dunia dalam satu dekade,” tegasnya ketika pidato di hadapan para Revolusioner yang memadati Masjid Ansharu Rasul di I’zaaz.
Di samping meminta agar tetap teguh dan tabah dalam berjuang menumbangkan rezim diktator Al Assad, Hisyam pun meminta kaum Revolusioner mengambil pelajaran berharga dari kegagalan revolusi di Tunisia, Mesir dan Libya.
“Kami mendorong Anda dan mengundang Anda untuk mengambil pelajaran dari revolusi-revolusi sebelumnya, sehingga Anda tidak jatuh ke dalam perangkap sebuah negara sekuler sipil seperti yang telah mereka lakukan!” pekiknya.
Maka, Hisyam pun mewanti-wanti agar kaum Revolusioner waspada terhadap tipu daya Barat dan para kaki tangannya di dalam negeri serta harus tetap menyatukan visi misi perjuangan hingga tumbangnya Al Assad sehingga kondusifnya diangkat seorang lelaki mulia menjadi khalifah.
“Kita akan bertemu di Masjid Umayyah dekat Damaskus, Insya Allah, untuk memberikan baiat (janji setia terhadap seseorang yang diangkat menjadi khalifah, red) kepada seorang imam yang akan memerintah kita dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya SAW, dan memang hal itu bukanlah sebuah hal yang sulit bagi Allah!” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Hisyam pun tak lupa menunjukan dan menjelaskan peta jalan yang dikeluarkan HT Suriah yang bertanggal 28 Ramadhan 1433 H untuk membawa perubahan di Suriah yang mengarah kepada Daulah Khilafah, yang berjudul: Manifesto Hizbut Tahrir tentang Revolusi Al Syam: Menjelang Kelahiran Khilafah Rasyidah yang Kedua.
Mendapat Sambutan
Selain ke I’zaaz, Hisyam pun berkeliling ke kantong-kantong kaum Revolusioner termasuk ke Soran di pedesaan Aleppo. Di berbagai tempat, ceramahnya mendapat sambutan yang sangat baik dan positif, dan terdapat interaksi yang baik dari para hadirin.
Ceramah itu diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan dari kaum muda yang rindu akan kekuasaan Islam. Ceramah kemudian dilanjutkan dengan dibagi-bagikannya draft Konstitusi Daulah Khilafah kepada para hadirin, Manifesto HT dan pernyataan tentang konspirasi Lakhdar Brahimi.
Terlihat sukacita yang sangat besar dari wajah Hisyam maupun kaum Revolusioner selama kunjungan dan pertemuan-pertemuan tersebut. Banyak orang yang melihat hal itu sebagai tanda-tanda yang baik atas kemenangan yang muncul di negeri Al Syam.
“Anda, para pahlawan telah mengajarkan kepada seluruh umat semua abjad revolusi dan menantang taghut. Jika kita meninggalkan Anda dan kembali ke Damaskus itu akan merupakan harapan menunggu waktu menjadi nol, saat deklarasi Khilafah, saat Anda akan mendengar pekikan Allahu Akbar,” puji Hisyam di setiap akhir kunjungannya.
Dengan demikian, rakyat Al-Syam yang bebas kemudian akan melangkah dengan kaki mereka di era para penguasa yang menindas (hukm jabri), dan menyatakan dimulainya Era Khilafah Rasyidah yang mengikuti petunjuk 

Pura-pura Memberantas Industri Korupsi


Oleh : Iwan Januar 

Beri saya 100 peti mati, 99 akan saya kirim untuk para koruptor, satunya untuk saya jika saya korupsi
 
Kalau ada perbedaan antara ucapan dengan tindakan, mana yang akan lebih Anda percaya? Pastinya tindakan. Karena tindakan menunjukkan keaslian minat dan pikiran seseorang. Begitu juga dalam urusan pemberantasan korupsi dengan gampang kita bilang bahwa pemerintah tidak pernah serius memberantas korupsi. Pemerintah hanya bermain retorika.

Boleh saja presiden sesumbar bahwa dia akan berada di garis depan memimpin jihad melawan korupsi, seperti pernyataannya beberapa waktu lalu. Boleh saja kader-kader Partai Demokrat membuat iklan gede-gedean; katakan ‘tidak’ pada korupsi!
 

Tapi nahnu nahkumu bidz dzahir – kita menghukumi yang nampak. Pemerintah dan legistalif justru tidak menunjukkan semangat memberantas korupsi. Rentetan kejadian dan pernyataan politik baik dari pemerintah maupun wakil rakyat justru menunjukkan sebaliknya.
 

Beberapa hari lalu Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam mengemukakan bahwa sejak Oktober 2004 hingga September 2012, Presiden SBY mengeluarkan 176 izin tertulis penyelidikan terhadap pejabat negara yang diminta oleh Kejaksaan Agung (82 permohonan), Kepolisian (93 permohonan) dan Komandan Puspom (1 permohonan).
 

Dari 176 persetujuan itu, untuk pemeriksaan Bupati/Walikota sebanyak 103 izin (58,521 persen); Wakil Bupati/Wakil Walikota 31 izin (17,61 persen); anggota MPR/DPR 24 izin (13,63 persen); Gubernur 12 izin (6,81 persen); Wakil Gubernur 3 izin (1,70 persen); anggota DPD 2 izin (1,13 persen); dan Hakim MK 1 izin (0,56 persen).
 

Jumlah ini berasal dari sejumlah partai yaitu Golkar 64 orang (36,36 persen); PDIP 32 orang (18,18 persen); Partai Demokrat 20 orang (11,36 persen); PPP 17 orang (3,97 persen); PKB 9 orang (5,11 persen).
 

PAN 7 orang (3,97 persen); PKS 4 orang (2,27 persen); PBB 2 orang (1,14 persen); PNI Marhaen, PPD, PKPI, Partai Aceh masing-masing 1 orang (0,56 persen); Birokrat/TNI 6 orang (3,40 persen); independen/non partai 8 orang (4,54 persen); dan gabungan partai 3 orang (1,70 persen).
 

Berikut sejumlah realita yang bisa saya himpun yang menunjukkan di negeri ini tidak pernah ada tindakan ‘serius’ untuk membasmi korupsi:
 

9 Des 2009
 
SBY mencanangkan jihad melawan korupsi pada pidato Hari Antikorupsi Sedunia”Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, saya akan terus berjuang di garis paling depan, bersama semua elemen pemberantasan korupsi untuk memimpin jihad melawan korupsi,” katanya saat itu.

21 April 2011
 
Kasus korupsi Wisma Atlet terbongkar setelah KPK menangkap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam ejabat perusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo Rosalina Manulang karena diduga sedang melakukan tindak pidana korupsi suap menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembarcek tunai dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp3,2 milyar di lokasi penangkapan. Kasus ini menyeret nama Bendahara Partai Demokrat Nazaruddin dan kader lainnya Angelina Sondakh.

7 Agustus 2011
 
Nazaruddin akhirnya tertangkap di Kolombia setelah melarikan diri berpindah-pindah ke beberapa negara.

Desember 2011
 
Komisi III DPR menolak usulan Menkumham Amir Syamsuddin untuk mengurangi pengurangan remisi masa tahanan bagi para koruptor. Padahal banyak koruptor yang dalam setahun mendapat 2 kali remisi.

Maret 2011
 
Pemerintah akan merevisi Undang-undang No 31/1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang sedang disusun pemerintah. Salah satunya, pelaku kasus korupsi di bawah Rp 25 juta akan dilepaskan dari jerat hukum.

27 April 2012
 
Angelina Sondakh dijebloskan ke dalam penjara karena terlibat dalam korupsi Wisma Atlet.

September 2012
 
Komisi III DPR RI berencana melakukan revisi UU KPK yang akan mengurangi kewenangan KPK dalam penyadapan dan penuntutan. Bila revisi ini berhasil dilakukan maka taring KPK akan berkurang drastis.

Industri Korupsi
 

Mengapa korupsi sulit diberantas? Ini disebabkan korupsi telah berubah menjadi sebuah industri yang berurat berakar di sekujur pemerintahan dan juga swasta, bukan lagi budaya. Mengapa? Ada tiga alasan kuat; Pertama adalah persoalan mental serakah. Para pelaku korupsi itu sebenarnya telah hidup nyaman dengan penghasilan yang tinggi sebagai pejabat atau pegawai negara. Akan tetapi hedonisme yang telah menjadi gaya hidup masyarakat termasuk para pejabat dan pegawai negara membuat penghasilan mereka menjadi ‘tidak cukup’. Keserakahan memang amat berbahaya. Nabi saw. bersabda:
 

“Tidaklah pengrusakan dua serigala yang lapar yang dilepas dalam rombongan kambing melebihi dari pengrusakan yang diakibatkan sifat tamak rakus kepada harta dan kedudukan terhadap agama seseorang.”(HR. Tirmidzi).
 

Kedua, demokrasi telah menciptakan pemilu serta pilkada berbiaya tinggi. Hal ini mendorong parpol, masyarakat dan elit politik akhirnya mencari mesin uang untuk memenangkan pemilu atau pilkada. Mantan wapres Jusuf Kalla mengatakan bahwa biaya kampanye saat ini naik 10 kali lipat dibandingkan sebelumnya.
 

Sementara itu pakar hukum Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Prof. DR. Marthinus Saptenno mengatakan biaya pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang relatif tinggi memicu terjadinya tindakan korupsi melibatkan sejumlah oknum gubernur, bupati dan wali kota di Indonesia.
 

“Biaya Pilkada pada satu daerah mencapai hingga puluhan miliar rupiah, sehingga bila berhasil menduduki jabatan kepala daerah itu, maka praktek kolusi, korupsi dan nepotisme terpaksa dilakukan untuk menutupi utang pihak ketiga,” katanya, di Ambon, Kamis.
 

Darimana parpol dan elit politik mencari dana? Kemana lagi bila bukan kepada para pengusaha. Dengan otak bisnisnya, para pengusaha tidak akan menyumbangkan uangnya tanpa pamrih. Tidak ada makan siang gratis sudah jadi hukum ekonomi yang berlaku di dunia politik. Dari sinilah politik ala demokrasi sudah menjadi industri dan akhirnya melahirkan industri korupsi.
 

Hasilnya? Kita sudah melihat banyak pejabat negara, kepala daerah, anggota dewan yang masuk bui karena kasus korupsi. Mendagri Gamawan Fauzi mengatakan sudah ada 158 kepala daerah tersandung kasus hukum akibat korupsi sebagai hasil pilkada langsung.
 

Ketiga, hukum yang diberikan kepada para koruptor amat ringan. Data Indonesian Corruption Watch (ICW) menunjukan koruptor rata-rata hanya dihukum di bawah dua tahun. Pada 2010, sebanyak 269 kasus atau 60,68 persen hanya dijatuhi hukuman antara 1 dan 2 tahun. Sedangkan, 87 kasus divonis 3-5 tahun, 13 kasus atau 2,94 persen divonis 6-10 tahun. Adapun yang dihukum lebih dari 10 tahun hanya dua kasus atau 0,45 persen.
 

Bisakah korupsi diberantas? Musykil rasanya. Karena pangkal korupsi itu justru ada dalam sistem demokrasi sendiri. Di alam demokrasi korupsi telah berubah menjadi industri dan mesin uang bagi elit-elit politik dan jiwa-jiwa yang serakah. Berbagai pertempuran kepentingan pun terjadi saat industri korupsi akan ditumpas. Mereka yang bertarung pun merasa punya hak yang dilindungi oleh demokrasi.
 

Perlu landasan yang tegas untuk memberantas korups, yaitu akidah Islam. Dan perlu ketegasan sikap dan hukum menghadapinya. Perdana Menteri Cina ketika dilantik pada tahun 1998, Zhu Rongji berkata, “Beri saya 100 peti mati, 99 akan saya kirim untuk para koruptor, satunya untuk saya jika saya korupsi”.
[www.globalmuslim.web.id]

Makna POLITIK Ibadah Haji


Haji sebagai rukun Islam yang kelima merupakan bagian dari ibadah mahdhah. Sebagaimana ibadah mahdhah yang lain, Allah memang tidak pernah menjelaskan alasan disyariatkannya ibadah ini. Yang pasti banyak manfaat ibadah haji (QS al-Hajj [22]: 27-28). Ada yang bersifat individual dan komunal; ada yang berkaitan dengan hak-hak Allah dan makhluk. Di luar itu, ternyata haji memiliki makna politik.
Ibadah haji adalah ibadah jamaah yang dilaksanakan pada waktu yang sama di tempat yang sama. Dimulai dari persiapan ibadah haji (tarwiyyah) di Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah. Dilanjutkan dengan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai menjelang matahari tergelincir (zawâl) hingga terbenam (ghurûb). Dilanjutkan dengan mabit (menginap) di Muzdalifah pada malam harinya. Kemudian dilanjutkan dengan jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, tahallul shughrâ, menyembelih hadyu bisa di Mina atau di Makkah, dilanjutkan dengan thawaf Ifadhah dan sa’i di Masjid al-Haram. Lalu, kembali lagi ke Mina untuk mabit dan jumrah Ula, Wustha dan Aqabah pada tanggal 11 dan 12, bagi yang ingin meninggalkan Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah (Nafar Awwal), ataupun 11, 12 dan 13 bagi yang ingin meninggalkan Mina pada tanggal 13 Dzulhijjah (Nafar Tsâni). Dengan berakhirnya rangkaian ini selesailah sudah ibadah haji seseorang.
Di tempat-tempat itulah, seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia berkumpul, bertemu dan berinteraksi. Mereka disatukan oleh akidah dan pandangan hidup yang sama. Di sana, mereka mempunyai tujuan yang sama. Pemandangan inilah yang disebut masyhad al-a’dham (pemandangan agung) yang dibanggakan oleh Allah dari penghuni bumi kepada para malaikat di langit. Nabi menyatakan, “Sesungguhnya Allah membanggakan Ahli Arafah (orang-orang yang berkumpul dan wukuf di Arafah) kepada penghuni langit.” (HR Ibn Hibban dari Abu Hurairah). Jika Allah saja membanggakan mereka di hadapan malaikat, maka umat Islam yang menyadari posisinya itu tidak akan merasa inferior, apalagi di hadapan orang-orang kafir, seperti Amerika, Inggris dan lain-lain.
Selain itu, mereka juga solid, terbukti bahwa mereka bisa melakukan manasik yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, bukan digerakkan oleh kekuatan fisik pemimpin mereka, tetapi kekuatan akidah dan pemahaman agama mereka. Mereka bisa menyatu dan mengalir begitu kuatnya seperti air menuju tiap titik manasik, dan tidak ada siapapun kekuatan yang bisa membendung aliran mereka. Semuanya ini membuktikan bahwa umat ini adalah umat yang satu; umat yang kuat dan tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, karena persatuan mereka.
Kekuatan yang luar biasa ini didukung oleh kekuatan mental dan spiritual mereka, sebagaimana yang ditanamkan ibadah. Sejak dari rumah mereka sudah pasrahkan semua harta, keluarga, jabatan dan apapun yang mereka tinggal kepada Allah, dan siap hidup-mati melaksanakan perintah-Nya dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak. Dengan kata lain, mereka tidak lagi mempunyai penyakit Wahn atau Hubb ad-Dunya wa Karahiyyatu al-Maut (mencintai dunia dan takut mati). Di saat seperti itu, mereka akan siap melakukan apapun yang diminta oleh Allah dan memberikan segalanya. Meski diperintah untuk melaksanakan sesuatu yang tampak irasional, seperti mencium dan menyentuh Hajar Aswad, atau menyentuh Rukun Yamani, mencari batu dan melempar jumrah Aqabah; jumrah Ula, Wustha dan Aqabah. Jika saja kekuatan umat yang dahsyat ini ditransformasikan dalam kehidupan nyata pasca haji, maka umat ini akan menjadi umat terbaik, terkuat, superior dan adidaya tak terkalahkan.
Selain itu, masyhad a’dham ini juga membuktikan, bahwa umat Islam ini bisa bersatu dalam satu tujuan dan nusuk, sekalipun negeri, bangsa, warna kulit, mazhab, bahkan bahasa mereka berbeda. Namun, masyhad a’dham ini tidak akan tampak lagi, ketika mereka sudah kembali ke negeri asal mereka. Jika saja, realitas masyhad a’dham itu juga mereka transformasikan dalam kehidupan politik mereka, maka umat ini tidak akan lagi tersekat dengan nation state, yang selama ini menghalangi persatuan mereka. Sebaliknya, mereka hanya hidup dalam satu negara, di bawah satu bendera, La ilaha ill-Llah Muhammad Rasulullah, satu imam, satu sistem (syariah) dan satu tujuan. Itulah Khilafah.
Haji juga menampakkan fenomena lain. Sejak niat pertama melaksanakan ibadah, mereka harus mengenakan pakaianihram yang putih dan tidak berjahit, mulai dari tarwiyah hingga tahallul shughra, tanggal 8-10 Dzulhijjah. Saat itu, semua orang sama. Tidak ada lagi budak, majikan, kepala negara, rakyat, kaya, miskin, kulit putih, hitam dan sebagainya. Semuanya dibalut dengan pakaian yang sama, putih-putih, tidak berjahit, dengan muka dan kepala terbuka, berpanas-panas, berdesak-desakkan dan melakukan nusuk yang sama.
Ini merupakan sya’air hajj (simbol haji) yang memanifestasikan sikap egalitarian yang sesungguhnya. Semuanya sama di hadapan Allah. Semuanya melakukan hal yang sama, dan semua diperlakukan dengan perlakukan sama, sebagai dhuyûf ar-Rahmân (tamu Allah). Bahkan Nabi pun menolak diperlakukan istimewa. Ketika ada seseorang menawarkan jasa kepada Nabi, untuk menyiapkan tempat mabit yang teduh di Mina, dengan tegas Nabi menolak, “Tidak, Mina adalah tempat bagi siapa saja yang lebih dahulu sampai.” (Hr. Ibn Khuzaimah dari ‘Aisyah).
Darah, harta dan tanah mereka, seluruh umat Islam di seluruh dunia, sama kedudukannya. Sama-sama dimuliakan. Maka, tidak boleh ditumpahkan dan dinodai oleh siapapun, sebagaimana kemuliaan dan kesucian tanah, bulan dan hari haram ini. Itulah proklamasi yang dikumandangkan oleh Nabi pada saat Haji Wada’, di padang Arafah (Hr. Bukhari-Muslim dari Ibn ‘Umar). Tidak hanya itu, baginda SAW pun menegaskan, bahwa satu nyawa orang Islam lebih mulia bagi Allah, ketimbang Ka’bah. Karena hancurnya Ka’bah lebih ringan bagi-Nya, ketimbang hilangnya satu nyawa orang Islam (as-Sakhawi, al-Maqashid al-Hasanah, juz I/381). Padahal, siapa pun yang berdiri di hadapan Ka’bah, pasti akan merasa kecil. Tentu mereka akan lebih tidak sanggup lagi ketika menyaksikan darah dan nyawa orang Islam ditumpahkan.
Jika kesadaran itu ditransformasikan dalam kehidupan nyata, maka di hadapan sesama Muslim mereka merasa sama, sebaliknya mereka akan merasa superior di hadapan orang-orang kafir. Mereka tidak rela, jika tanah dan harta mereka dirampok oleh negara-negara kafir penjajah. Mereka juga tidak akan rela, saudara mereka dibantai atau ditangkap dan dipenjarakan atas pesanan negara-negara Kafir penjajah, sekalipun dilakukan dengan menggunakan tangan saudara mereka, sesama Muslim. Jika kesadaran itu ada, mereka pasti bangkit, dan merdeka. Semua kekuatan yang menghalangi kebangkitan mereka pun akan mereka libas, termasuk para penguasa antek penjajah.
Ketika dua tanah Haram, Makkah dan Madinah, dijadikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah haji dan ziarah bagi jamaah haji, maka bagi mereka yang mempunyai modal pengetahuan sejarah tentang kedua tanah itu, pasti akan merasakan pengaruh yang luar biasa dalam diri mereka.  Betapa tidak, di sana mereka bisa menyaksikan langsung lembah Aqabah, tempat di mana Nabi dibaiat menjadi kepala Negara Islam pertama. Mereka juga bisa menyaksikan Hudaibiyyah, tempat di mana perjanjian Hudaibiyyah dilakukan, yang menjadi pintu masuk Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah). Ketika mereka menyusuri kawasan al-Judriyyah, sebelah atas Masjid al-Haram, mereka akan menemukan masjid ar-Râyah (masjid Bendera). Di situlah pada tahun 8 H, Nabi bersama 10.000 tentaranya berhenti di tempat itu, dan menancapkan Rayatu al-Uqab, bendera berwarna hitam dengan tulisan La ilaha Ill-Llah Muhammad Rasulullah, menandai jatuhnya kota Makkah ke tangan kaum Muslim. Di tempat itu pula, Nabi melakukan shalat dua rakaat.
Ketika kita ziarah ke Madinah, di sana kita akan menemukan Masjid Nabawi yang menjadi pusat pemerintahan Nabi. Di sana, Nabi dan dua sahabat mulia baginda dimakamkan. Di masjid itu, selain ada Raudhah, surga Allah di bumi, juga ada tiang-tiang (usthuwanah) yang bersejarah: (1) Usthuwanah al-Hirs, tempat di mana dahulu ‘Ali bin Abi Thalib senantia menjaga Nabi; (2) Usthuwanah al-Wufûd, tempat di mana Nabi menerima para tamu, terutama delegasi dari berbagai kabilah dan negara; (3) Usthuwanah al-Taubah, tempat Abu Lubabah bertaubat, karena merasa sangat bersalah telah membantu Yahudi Bany Quraidzah yang telah berkhianat pada Rasulullah SAW.
Di luar Masjid Nabawi, lurus dengan Bâb as-Salâm, ada Sûqu an-Nabi (pasar Nabi),  Saqîfah Banî Sa’âdah, tempat di mana Abu Bakar dibaiat menjadi kepala Negara Islam kedua, menggantikan Nabi. Masih banyak yang lain.
Ketika kita menyaksikan tempat-tempat bersejarah itu, semangat dan kesadaran politik kita akan bangkit. Karena kita sadar, bahwa Nabi dan generasi terbaik umat ini dahulu mendirikan Negara Islam dimulai dengan perjuangan yang luar biasa. Sejak merintis di Makkah hingga berdirinya negara itu di Madinah, Nabi dan para sahabat berjuang siang-malam. Bahkan, ketika negara itu telah berdiri, manusia-manusia paling mulia di muka bumi itu justru tidak pernah beristirahat. Tidak kurang 50 perang besar dan kecil mereka arungi dalam kurun 10 tahun. Maka, wajar jika hanya dalam waktu 9 tahun, seluruh Jazirah Arab telah berhasil mereka taklukkan.
Semua memori kita itu akan melecutkan semangat dan kesadaran yang membuncah dalam diri kita. Dengan begitu, ketika kita berhaji tidak saja mendapatkan haji mabrur, tetapi juga menjadi pribadi yang berbeda. Di dalam dirinya telah tertanam semangat, kesadaran dan tekad yang kuat untuk mengembalikan kejayaan Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh baginda SAW dan para sahabat. Itulah makna politik ibadah haji yang seharusnya kita petik. (KH Hafidz Abdurrahman/www.globalmuslim.web.id)

Ada Apa dengan GANGNAM Style ??

Gangnam Style
Distrik Gangnam, Simbol Kehidupan Mewah
Gangnam adalah nama distrik atau kawasan di Korea Selatan. Dari segi nama, Gangnam berarti bagian selatan sungai. Letak Gangnam sendiri ada di dekat sungai Han.
Distrik ini dikenal sebagai simbol kekayaan dan pendapatan yang melimpah di Korea, sehingga Gangnam menjadi salah satu distrik yang terkenal dengan kehidupan mewah, glamour dan selera fashion yang sangat tinggi.
Bisa dikatakan, Gangnam adalah pusat orang-orang berduit, kawasan real estate super mewah dan tempat dimana berbagai perusahaan kelas dunia berdiri (Samsung, Hyunday, dsb).
Jika Anda penggemar K-Pop, maka di sinilah berdiri kantor management artis yang sangat besar, yaitu S.M. Entertainment (Super Junior, SNSD, dsb) dan JYP Entertainment (Wonder Girls, 2PM, Miss A, dsb).
Dengan segala kehidupan mewah yang ada di dalamnya, Distrik Gangnam sering dijuluki Beverly Hills-nya Korea.
Kemewahan Dunia dan Pusat Operasi Plastik
Sama seperti kawasan mewah lain di seluruh dunia, Gangnam adalah distrik yang tidak pernah tidur. Bagi para pecinta mode kelas dunia, Gangnam menawarkan surga belanja yang siap menguras kantong.
Anda dengan mudah menjumpai etalase barang bermerek seperti Gucci, Dolce Gabana, Prada, Giorgio Armani, Banana Republic dan berbagai fashion line kelas dunia lainnya. Mall terbesar di Seoul juga terletak di Gangnam, namanya COEX Mall.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa warga Korea Selatan terbiasa dengan operasi plastik agar semakin menawan.
Di kawasan inilah Anda bisa menikmati fasilitas operasi plastik di tangan dokter-dokter terbaik. Gangnam menjadi tempat bagi wanita dan pria yang ingin melakukan berbagai perubahan fisik melalui operasi plastik.
Kritik Sosial Dalam Gangnam Style
Jika Anda membaca arti lirik Gangnam Style, sebenarnya lagu ini adalah kritik sosial atas kemewahan yang ditawarkan Distrik Gangnam.
Seseorang rela tidak makan demi bisa minum kopi di salah satu restoran Gangnam, karena menjadi bagian dari Gangnam adalah sesuatu yang dianggap sangat keren.
Walaupun begitu, Gangnam tidak melupakan tradisi Korea Selatan. Di sana ada berbagai kawasan budaya dan seni, misalnya saja Museum Kimchi, Horim Art Center, Coreana Art & Culture Complex, Kuil Bongeunsa, berbagai toko yang menjual barang khas Korea Selatan, rumah makan yang menyajikan masakan Korea, dan sebagainya.
Jika suatu hari nanti Anda mengunjungi Distrik Gangnam, pastikan Anda membawa banyak uang. Pastikan juga penampilan Anda pantas dan mewah, karena cara Anda berpakaian menjadi hal yang sangat sensitif di kawasan Gangnam.
So, di tengah demam K-Pop yang semakin memuncak dan seakan tidak ada habisnya ini, akankah Gangnam Style membuat orang sadar untuk tidak memuja kesempurnaan palsu dan menyurutkan upgrade penampilan mengejar Korean wave di bidang fashion dan style?


Baca Juga Situs JIhad dan informasi tambahan Republika Online.

I'dadun naas li tarhiibi qiyaamil khilafah

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | free samples without surveys