Rabu, 08 Desember 2010

The Meaning Of LOVE..(Sebuah Persembahan Makna Hakiki Sebuah Cinta)

ATTENTION...!!!!
Buat Yang Baca, Diharapkan Membawa Tisu..
Terima Kasih...

Tulisan ini Kupersembahkan bagi Yang masih Bimbang dalam mengartikan Dahsyatnya sebuah Cinta...
Bismillahirohmanirohim,...
Ketika Aku memulai ketikan ini.
Jujur Air mata tak Terbendung akan Dahsyatnya sebuah Cinta suci dan hakiki.


Cinta, di banyak waktu dan kesempatan orang berbeda dalam mengartikannya. Manusia tidak jatuh ke dalam cinta juga tidak keluar darinya. Namun, manusia tumbuh dan besar dalam cinta. Cinta, laksana air yang terus mengalir menyusuri hamparan bumi, ia ibarat udara yang mengisi ruang-ruang kosong.

        Cinta, membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Cinta juga mengajarkan kepada kita bagaimana arti sebuah pengorbanan dan memahami betapa besar kekuatan yang dihasilkannya. Dengan cinta dunia yang penat ini terasa indah. Ia juga mengajarkan kepada kita bagaimana caranya harus jujur dan berkorban, memberi dan menerima, melepas dan mempertahankan.

         Telah banyak tinta sejarah mencatat kisah-kisah yang menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan cinta. Badung Bondowoso, tidak  tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan membangun seribu candi untuk Lorojongrang seorang. Sangkuriang pun tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih, yang ternyata ibunya sendiri. Di India, Tajmahal bangunan yang maha megah juga didirikan karena cinta. Di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih, buah hati sang raja. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
         Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudra kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh konkrit dalam kehidupan, lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.

 Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya.

       Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya. Pagi itu Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal kepada kalian, Sunnah dan Alquran. Barang siapa mencinta sunnahku, berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan bersama akan bersama-sama masuk surga bersama aku.” 

        Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu-persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafasnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua“, desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menyelesaikan menunaikan tugasnya. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadlal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar saat itu, seluruh yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu jika mungkin.

Matahari kian meninggi, tetapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat yang membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.
“Bolehkah saya masuk?“ tanyanya.
Tapi Fathimah tidak mengizinkanya masuk.
“Maafkanlah, Ayahku sedang demam”, kata Fathimah yang membalikkan badannya dan menutup pintu.
Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fathimah, “Siapakah itu wahai anakku?“
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru kali ini aku melihatnya”, tutur Fathimah lembut.
Lalu Rasulullah memandang putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan  satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia, dialah Malaikat Maut”, kata Rasulullah.

Fathimah pun menahan ledakan tangis. Malaikat Maut sama menghampiri, tetapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit menyambut ruh kekasih Allah.
“Jibril apa hakku nanti dihadapan Allah nanti?“ tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malikat telah menanti ruhmu. Semua surga telah terbuka lebar menanti kedatanganmu”, kata Jibril.
Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib ummatku kelak?” Rasulullah balik bertanya.
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah. Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku : ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali ummat Muhammad telah berada di dalamnya”, kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat saat Malaikat Maut melakukan tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakitnya sakarotul maut ini”, lirih Rasulullah mengaduh.
Fathimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.

“Jijikah engkau melihatku sehingga kau palingkan wajahmu, Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar  wahyu itu.

“Siapakah yang tega melihat kekasih Allah direnggut ajal”, kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi.

“Ya, Allah dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada ummatku”, rintih Rasulullah menahan sakit yang tak terkira.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya.

Uushikum bi sholati wa maa malakat aiy manukum, peliharalah sholat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”, desahnya.

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fathimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii....ummatii...ummatii ..”
Dan putuslah kembang hidup manusia mulai itu.

Begitulah Kecintaan Rasulullah kepada Umatnya.
Hingga diakhir Hayat Beliaupun Yang diingatnya hanya Ummatnya beserta urusan Ummatnya.
Subahanallah..
Inilah wahai Sahabat, Kecintaan Rasul Kepada Kita..
Masihkah kau Bertanya, Kenapa..
Kita Wajib Mencintai Rasulullah..???
Astaghfirullah..
Jari-jari ini mulai getir mengetik satu persatu huruf didalam Tulisan ini..
Ya Rasulullah...


Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu

Alangkah indahnya hidup ini

Andai dapat kukucup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikut jejak langkahmu

Ya Rasulullah Ya Habiballah

Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah
Kami rindu padamu
Allahumma Solli Ala Muhammad
Ya Rabbi Solli Alaihi Wasallim 
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya tuhan saja yang tahu

Kutahu cintamu kepada umat
Umati kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafaatkan kami
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu

Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah
Kurniakanlah syafaatmu


Ya Rasulullah..
Izinkan Aku dan Sahabat-sahabatku melanjutkan Perjuangan Ini..
Ya Rasulullah..
Kami meyakini Janjimu..
akan Tegaknya Khilafah sesuai Manhaj mu..

Ammmiiiinnn Ya Mujibbasailin..
Lanjutkan Revolusi Ini..
Destroy Of Democrasy capitalism dan Socialism..


0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami


Baca Juga Situs JIhad dan informasi tambahan Republika Online.

I'dadun naas li tarhiibi qiyaamil khilafah

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | free samples without surveys