Kondisi, peluang dan tantangan yang dihadapi BKLDK di Jakarta misalnya tentu berbeda dengan kondisi, peluang dan tantangan di tempat lain. Karena itu, BKLDK KORWIL DKI JAYA maupun BKLDK KORDA JAKARTA RAYA juga memiliki keunikan tersendiri, sesuai dengan konteks keJakartaannya. Dalam konteks keJakartaan, BKLDK di Jakarta menghadapi kondisi, dimana daerah yang menjadi Ibu Kota di Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar ---yang mana merupakan Pusat Informasi, Penggerak Perekonomian, Sentral Pergerakan dan Jantung Perubahan--- ini masih belum sepenuhnya lepas dari penjajahan dan intervensi pihak luar, sehingga dampaknyapun berimbas keseluruh penjuru atau daerah lainnya. Memang, secara fisik negeri ini telah merdeka, tetapi dalam konteks yang lain, ternyata belum. Karena itu, bagi BKLDK Jakarta yang diikuti oleh BKLDK di seluruh Indonesia, komitmennya sudah jelas; membebaskan negeri Muslim terbesar ini dari cengkraman penjajahan.
Komitmen inilah yang selama ini telah dibuktikan oleh Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) melalui berbagai aktivitas intelektual dan politiknya di negeri ini. Namun, di atas semuanya itu, komitmen ini sesungguhnya merupakan manifestasi dari kesadaran ideologisnya. Kesadaran yang dibangun berdasarkan keyakinan kepada akidah Islam dan sistem kehidupan yang lahir darinya. Kesadaran ini pulalah yang telah memandu BKLDK untuk melihat persoalan di negeri Muslim terbesar ini dengan jernih dan cemerlang.
Cengkraman penjajah di negeri ini, khususnya Amerika, telah begitu menggurita. Bukan saja di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang politik, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Sejak awal berdirinya hingga saat ini, BKLDK telah menyampaikan pandangannya tentang kenyataan ini, namun hampir tidak ada yang menghiraukannya, apalagi mempercayainya. Tetapi itu tidak pernah mematahkan semangat para aktivisnya. Melalui berbagai aktivitas intelektual dan politiknya, pencerahan kepada masyarakat luas dan elemen kampus di negeri ini, khususnya umat Islam, pun terus-menerus dilakukan. Maka, berangkat dari fenomena seperti krisis ekonomi tahun 1997 dan 2008, bercermin pada bergulirnya reformasi tahun 1998, kemudian diikuti dengan silih bergantinya penguasa dan kebijakan, yang ternyata tetap tidak memihak kepada rakyat dan negeri ini, banyak kalangan khususnya Mahasiswa mulai mau mendengar dan mempercayai pandangan BKLDK.
Pada saat itulah, BKLDK merasa terpanggil untuk segera mengambil peran riil, agar bisa memberikan kontribusi untuk menyelamatkan negeri ini. Sebagaimana media-media maupun agenda-agenda yang pernah dikeluarkan dan diselenggarakan oleh BKLDK yang bertujuan untuk menguraikan fakta “krisis”, penyebab dan solusinya, sekaligus menunjukkan kepada dunia kampus serta publik secara luas tentang betapa jahatnya sistem Kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika itu, maka tidak ada lagi jalan keluar yang rasional kecuali kembali kepada sistem Syariah. Inilah yang juga secara konsisten terus-menerus dikampanyekan oleh BKLDK.
Solusi inilah yang juga ditawarkan oleh BKLDK, di saat negeri ini masih didera oleh krisis multidimensi. Untuk itu, pada tahun 2009 tepatnya tanggal 18 Oktober, BKLDK menyelenggarakan perhelatan akbar yang pertama, yaitu Kongres Mahasiswa Islam Indonesia (KMII) di Hall Basket, Senayan Jakarta. Meski sebenarnya kongres ini bukan kali pertama, tetapi inilah kongres yang pertama kali mengangkat nama Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) ke permukaan.
Pasca Kongres Mahasiswa Islam Indonesia kala itu, opini Syariah dan Khilafah pun menarik perhatian publik dan dunia kampus yang bangkit mewarnai Arus Pergerakan Mahasiswa dimana BKLDK sebagai Motor Penggerak Dakwah Kampus Ideologis. Namun, hanya beberapa saat, sampai akhirnya tenggelam kembali dan hilang. Meski demikian, ada satu hal yang menarik, bahwa isu Syariah yang selama ini dikebiri, akhirnya menyeruak dan semakin nyaring diperjuangkan.
Setalah itu, banyak kalangan khususnya dunia kampus mulai mengemukakan gagasan penerapan Syariat Islam, mulai dari person-individu, organisasi intra kampus hingga ekstra kampus. Maka, berangkat dari kewajiban syar’i untuk menyelamatkan negeri ini, momentum Oktober sebagai peringatan Sumpah Pemuda, telah dimanfaatkan oleh Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus untuk menawarkan solusinya kembali, yakni Syariah dan Khilafah sebagai solusi tuntas serta mendasar yang akan menyelesaikan seluruh problematika yang ada, melalui deklarasi Sumpah Mahasiswa 18 Oktober 2009 yang diikrarkan oleh lebih dari 5.000 mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia dalam acara KMII.
Memberikan Kontribusi dan Mengokohkan Peranan
Harus diakui, bahwa keberadaan BKLDK yang mulai eksis di tengah-tengah masyarakat dan dunia kampus akan memberikan kontribusi bagi perjalanan aktivitas BKLDK berikutnya. Jika sebelumnya aktivitas BKLDK lebih banyak terfokus pada aktivitas internal, pembinaan kader, maka setelah itu aktivitasnya mulai banyak keluar, yaitu pembinaan umat (tatsqif al-ummah). Mulai dari training, seminar, diskusi, khutbah Jum’at, tablig akbar, kajian, penerbitan bulletin, majalah, press release BKLDK, naysrah, booklet, hingga penulisan artikel, talk show di media massa, baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional.
Melalui berbagai sarana dan media tersebut, BKLDK menyampaikan berbagai gagasannya tentang Syariah dan Khilafah, serta pentingnya persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Sebagai entitas yang juga telah bersumpah untuk menjadi penjaga Islam yang amanah (harisan amin[an] li al-Islam), BKLDK juga merasa bertanggung jawab untuk mengoreksi dan mengontrol setiap pemikiran dan perasaan umat yang bertentangan dengan Islam.
Karena itu, BKLDK bukan hanya mengoreksi berbagai kebijakan penguasa yang dianggap melanggar Syariah, tetapi juga sikap umat khususnya masyarakat kampus dan para tokohnya. Selain memaparkan fakta, BKLDK juga memberikan solusi dan jalan keluarnya menurut Syariah. Bahkan tidak jarang, BKLDK juga membongkar konspirasi yang merugikan negeri ini, serta rakyatnya. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh BKLDK ketika menolak UU SDA, UU Migas, Penyerahan Blok Cepu, RUU Anti Pornografi-Pornoaksi, dan RUU Penanaman Modal. Tidak berhenti di situ, BKLDK juga telah melakukan berbagai advokasi, baik melalui aksi demonstrasi maupun pengiriman delegasi kepada para perumus dan pengambil kebijakan, guna membela kepentingan umat dan rakyat serta dunia kampus di negeri ini.
BKLDK juga sangat gigih menjaga persatuan dan kesatuan negeri Muslim terbesar ini. Di kalangan internal mahasiswa Islam, BKLDK juga menyelenggarakan sejumlah forum temu tokoh, yang bertujuan menyamakan visi dan misi perjuangan umat, sehingga terjadilah sinergi dan persatuan. Sementara di level kebijakan, BKLDK seringkali membongkar konspirasi negara-negara Kafir penjajah untuk memecahbelah negeri ini. Semuanya tidak pernah luput dari perhatian BKLDK.
Inilah berbagai aktivitas yang bisa didedikasikan oleh BKLDK kepada umat Islam baik masyarakat kampus maupun seluruh rakyat dan negeri ini. Inti dari semuanya tadi tak lain adalah pencerdasan mahasiswa serta umat dan rakyat. Jika mereka cerdas, dan tahu bagaimana caranya seluruh kepentingan mereka harus diurus, dengan apa dan siapa yang layak untuk mengurus kepentingan mereka, maka dengan izin dan pertolongan Allah SWT, umat Islam di negeri ini akan bangkit, dan menerapkan Syariat agamanya. Bukan hanya itu, mereka pun tidak akan rela, kecuali dipimpin oleh seorang Khalifah yang menerapkan Syariat-Nya. Jika itu menjadi kehendak mereka, maka siapakah yang bisa menghalanginya?
Lampiran : PRESS RELEASE KMII BKLDK
Hal ini dibuktikan dengan kepeloporan peran mahasiswa dalam setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir pada runtuhnya Orde Baru tahun 1998. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan.
Akan tetapi, sejarah juga sudah membuktikan bahwa dari setiap fase perubahan yang berhasil dilakukan oleh mahasiswa, nasib rakyat tetap tidak berubah. Kemiskinan, penderitaan, kebodohan dan lain sebagainya tetap akrab pada diri ummat dan negeri ini pada umumnya. Padahal tidak satupun yang meragukan tentang kekayaan yang dimiliki negeri. Untuk mengatasi problem ini harus ada pergantian konsep filosofi bernegara karena pergantian kepemimpinan saja ternyata tidak cukup. Dalam upaya pergantian inilah menjadi keniscayaan mahasiswa kembali menunjukkan perannya.
Melihat kondisi kemahasiswaan saat ini, mungkin saja benar anggapan sebagian pihak yang mengatakan gerakan mahasiswa saat ini mati atau hampir mati. Tidak ada lagi mahasiswa yang kritis, tidak ada lagi mahasiwa yang peka terhadap konstelasi politik, sosial dan ekonomi. Yang ada adalah mahasiwa yang opportunis, materialistis, dan hedonis. Mungkin saja anggapan ini benar! Tetapi tidak satupun yang meragukan bahwa negeri ini harus segera dikeluarkan dari berbegai penderitaan dan kesengsaraan yang menimpa dengan memberikan tawaran konsep alternatif.
Untuk kepentingan inilah Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus mengadakan kongres mahasiswa Islam Indonesia. Yaitu untuk merumuskan suatu formulasi jitu sebagai solusi tuntas terhadap gerakan mahasiwa yang mati sehingga menemukan gairah kembali sekaligus memberikan tawaran intelektual bagi negeri yang karut marut. Acara ini digelar dengan melibatkan seluruh komponen kemahasiswaan yang berasal dari hampir seluruh universitas melibatkan hampir seluruh kelompok kemahasiswaan di Indonesia, dengan jumlah peserta akan mencapai 4000 orang.
Dengan luasnya cakupan peserta ini diharapkan kongres ini akan melahirkan kesamaan persepsi dintara komponen-komponen mahasiswa sehingga mampu melahirkan gelombang perjuangan ke arah yang sama, sesuai dengan tema yang diangkat, menyatukan dan membangun visi intelektual mahasiswa menuju Indonesia yang lebih baik. Sehingga salah satu penyakit gerakan, yaitu terkotak-kotaknya gerakan mahasiswa ke dalam banyak kepentingan yang tidak jarang antara satu dan yang lain saling bertabrakan dapat dihindari.
Kongres ini sendiri awalnya akan diselenggarakan dalam bentuk diskusi intelektual didalam ruangan, di Hall Basket senayan. Akan tetapi tanpa alasan yang logis pihak kepolisian merasa keberatan terhadap agenda KMII dan tidak bersedia memberikan surat tanda terima pemberitahuan acara yang menjadi syarat pemakaian Hall Basket Senayan. Oleh karena itu dengan terpaksa agenda ini akan kami lakukan dalam bentuk 'Kongres Jalanan', di kawasan senayan lingkungan DPR-MPR, dengan diawali longmarch dari Hall Basket ke depan gedung DPR-MPR. Walaupun di jalanan, insya Allah agenda ini tetap akan kita jalankan dengan damai dan penuh dengan nuansa intelektual.
Berkenaan dengan penjelasan tersebut diatas untuk menyambut momen akbar ini, Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus menyatakan:
1. Acara ini digelar semata-mata untuk meraih tujuan yang tertuang dalam tema yang diangkat, yakni membangun dan menyatukan visi intelektual mahasiswa menuju Indonesia yang lebih baik.
2. Sebagai sebuah acara Intelektual kemahasiswaan sudah selayaknya acara menjadi kebanggaan seluruh komponen bangsa dan patut mendapatkan dukungan berbagai pihak. Upaya menghalang-halangi kongres ini sama saja dengan memandulkan Intelektual generasi penerus bangsa.
Jakarta, 17 Oktober 2009
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami