Tak ayal, tumbangnya Ben Ali, menularkan rasa takut pada para diktator lain yang bertebaran di Timur Tengah dan Afrika. Salah seorang anggota Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika, mengingatkan tumbangnya rezim Tunisia harus menjadi pelajaran bagi para diktator Afrika lainnya. Hal yang sama bisa terjadi pada mereka.
Pertama, tidak ada kekuasaan diktator yang kekal. Kegagalan mengurus rakyat ditambah tindakan totaliter akan menuai kebencian rakyat. Sikap represif hanya bisa memperlambat tumbangnya rezim diktator, tapi tidak bisa menghentikannya. Kesabaran rakyat ada batasnya.
Kedua, krisis ekonomi dan politik yang terjadi di Tunisia, tidak lain karena penerapan sistem kapitalisme yang gagal. Sistem kapitalisme hanya mengguntungkan segelintir elite yang hidup bermewah-mewah dan memberikan keuntungan kepada perusahaan asing yang mengeruk kekayaan alam negeri-negeri Islam. Sementara rakyat hidup menderita.
Ketiga, bersandar pada kekuatan asing penjajah sangatlah lemah. Mereka hanya berpikir pragmatis menjamin kepentingan politik dan ekonomi penjajahan mereka. Bagi para penjajah, tidak ada kata setia untuk mempertahankan bonekanya. Kalau mereka menganggap tidak ada lagi manfaat mempertahankan bonekanya, mencampakkan bahkan membunuh sahabat politik mereka sendiri bukanlah masalah besar.
Ben Ali yang setiap terhadap Perancis bahkan sampai tingkat taqdis (menghamba), toh ditolak mendarat di Perancis. Hal yang sama dialami Saddam Hussein yang menjadi kaki tangan Inggris di Irak, atau Syah Reza Pahlevi di Iran, Marcos di Filipina atau Soeharto di Indonesia. Nasib para diktator hampir semua berujung tragis, menderita dihujat rakyatnya dan dicampakkan sang tuan.
Tumbangnya rezim diktator di negeri-negeri Islam tinggallah menunggu waktu. Kegagalan sistem kapitalisme yang mereka adopsi akan mempercepat perubahan. Apalagi tuan-tuan besar penjajah mereka juga mengalami kondisi akut yang sama. Krisis ekonomi,politik dan sosial, bukan hanya terjadi pada negara boneka jajahan, tapi juga di pusat poros imperialis seperti Amerika Serikat dan Eropa. Rakyat akan berpaling dari mereka semua.
Inilah kesempatan baik sekaligus tantangan bagi gerakan Islam. Harus ada tawaran yang jelas untuk mengganti rezim dan sistem kapitalisme yang gagal ini. Solusi yang wajib bertentangan 100 % dengan ideologi kapitalisme, tidak setengah-setengah, tidak kabur seperti demokrasi-islam atau sosialisme Islam.
Thoriqoh (metode) yang ditempuh tidak terkooptasi dengan sistem kufur seperti bergabung dengan pemerintah yang menerapkan sistem kufur. Rakyat pastilah menginginkan sistem , metode dan pengemban dakwah Islam yang tidak ternodai sedikitpun dengan sistem kufur.
Solusi Islam berupa penegakan syariah Islam dan khilafah harus terus disosialisasikan di tengah-tengah umat sehingga muncul kesadaran umum umat (al wa’yu al ‘ami) yang akan memengaruhi opini umum (ar ra’yu al ‘ami).
Opini umum yang didasarkan kepada kesadaran inilah yang akan menggerakkan umat untuk menuntut perubahan. Bukan sekadar perubahan rezim tapi juga sistem yang justru menjadi pangkal persoalan. Bukan sekadar emosi yang sifatnya sementara, tapi perubahan yang didasarkan kepada kesadaran mabdai’ (ideologis). Kesadaran bahwa ideologi kapitalismelah yang menjadi penyebab utama berbagai krisis di tengah masyarakat.
Kesadaran imani bahwa hanya syariah dan khilafahlah yang akan menjadi solusi. Bukan sekadar karena membawa kemashlahatan. Namun yang terpenting kesadaran bahwa kewajiban menerapkan syariah Islam dan khilafah merupakan konsekuensi keimanan. Inilah yang akan membawa perubahan yang jelas(wadih), terarah(maqshudah), dan sifatnya tetap (tsabit).
Perubahan seperti ini haruslah menghindari cara-cara kekerasan yang menimbulkan pertumpahan darah. Karena itu mencari dukungan dari ahlunnusrah (para penolong) yang memiliki kekuatan politik dan senjata seperti militer dan kepolisian menjadi sangat penting. Dukungan dari ahlunnusrah akan menghindarkan dari gejolak berdarah-darah, yang banyak mengorbankan rakyat.
Perubahan seperti inilah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika daulah Islam tegak di Madinah. Meskipun perubahan yang dibawa Rasulullah SAW sifatnya mendasar (asasiyah) dan menyeluruh (inqilabiyah), nyaris tak ada pertumbahan darah. Tidak lain lain karena ditopang oleh kesadaran masyarakat Madinah yang merindukan sistem yang baru yakni Islam dan pemimpin baru Rasulullah SAW.
Di samping itu, ahlunnushrah yaitu para pemimpin kabilah utama di Madinah –Aus dan Khazraj- juga telah memberikan dukungan dan bai’at mereka kepada sang pemimpin politik baru dengan dasar iman dan cinta . Kalau ini terjadi, siapa yang bisa membendung perubahan ini? (farid wadjdi)
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami